Kamis 11 Feb 2016 06:08 WIB

Cegah Difteri dengan Mengimunisasi DPT ke Anak

Rep: Aprilia Safitri Ramdhani/ Red: Indira Rezkisari
Petugas kesehatan menyuntikan Difteri Tetanus (DT) kepada seorang pelajar SD ketika proses imunisasi DT di SDN Torongrejo 2, Batu, Jawa Timur.
Foto: Antara
Petugas kesehatan menyuntikan Difteri Tetanus (DT) kepada seorang pelajar SD ketika proses imunisasi DT di SDN Torongrejo 2, Batu, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, Penyakit difteri kembali menyerang. Di beberapa daerah bahkan sudah mengakibatkan penderitanya terenggut nyawanya.

 

Difteri, menurut dokter spesialis anak RSCM DR. dr. Hindra Irawan Satari, SpA (K), MTropPaed, merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae dan Corynebacterium ulcerans. Difteri menyerang selaput lendir pada hidung serta tenggorokan. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.

 

Gejala dari penyakit ini, antara lain adalah demam tinggi, batuk pilek, sulit bernapas akibat adanya bakteri yang menebal dan menutupi saluran nafas sehingga menyebabkan sumbatan. Jika sudah menyumbat dan sulit bernapas dapat merusak fungsi jantung, sehingga kematian pun tak jarang juga terjadi pada sebagian kasus difteri.

 

“Dahulu penyakit ini sudah lama menghilang, sekarang muncul lagi. Ini diakibatkan karena sejak kecil bayi tidak divaksinasi melalui imunisasi DPT. Padahal vaksinasi ini sangat berguna untuk mencegah penyakit difteri maupun penyakit-penyakit berbahaya lainnya,” katanya kepada Republika.co.id, Rabu (10/2).

 

Penyakit ini menurutnya juga dapat menyerang orang dewasa, meskipun kasusnya tidak banyak dan lebih sering menyerang anak-anak. Hal ini dikarenakan, sistem imun anak tidak sebaik orang dewasa sehingga penyakit mudah masuk ke dalam tubuh.

 

Menurut dokter sekaligus konsultan penyakit infeksi dan pediatri tropis FKUI-RSCM tersebut, difteri harus diwaspadai karena penyakit ini sangat menular dan dapat menjadi wabah hingga menyebabkan kasus KLB. Selain ditularkan oleh bakteri, penyakit ini juga ditularkan oleh udara dan sentuhan terhadap pasien yang menderita penyakit difteri.

 

“Penanganan penyakit ini di rumah sakit harus memerlukan ruangan isolasi khusus. Pada kasus yang paling parah bahkan saluran pernapasan atau tenggorokan pasien harus dilubangi agar tetap bisa bernapas,” lanjut dokter yang akrab disapa Hingky tersebut.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement