Ketua DPR Minta Pemerintah Cina Libatkan Pekerja Indonesia

DPR menilai serbuan TKA ke Indonesia jangan sampai menggerus lapangan kerja.

Kamis , 19 Apr 2018, 09:02 WIB
Bamsoet saat menerima Duta Besar RRT untuk Indonesia Xiao Qian di ruang kerja Ketua DPR, Jakarta, Rabu (18/4) lalu.
Foto: DPR RI
Bamsoet saat menerima Duta Besar RRT untuk Indonesia Xiao Qian di ruang kerja Ketua DPR, Jakarta, Rabu (18/4) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPR RI Bambang Soesatyo meminta pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) banyak melibatkan pekerja Indonesia dalam proyek-proyek RRT di Indonesia. DPR menilai serbuan Tenaga Kerja Asing (TKA) ke Indonesia jangan sampai menggerus lapangan kerja dalam negeri.

“Kita sangat senang RRT banyak berinvestasi di Indonesia. Tetapi, jangan sampai investasi RRT di Indonesia justru merugikan tenaga kerja dalam negeri. Para pekerja lokal seolah tersingkir oleh pekerja asing,” tutur Bamsoet saat menerima Duta Besar RRT untuk Indonesia Xiao Qian di ruang kerja Ketua DPR, Jakarta, Rabu (18/4) lalu.

Hadir dalam pertemuan tersebut Wakil Ketua DPR Utut Adianto, Wakil Ketua Komisi I DPR Satya Widya Yudha dan Asril Tanjung serta anggota Komisi III DPR Ahmad Sahroni. Dari Kedubes RRT hadir Kepala Bagian Politik Wang Shikun, Atase bidang Politik Zhu Yarong, serta penasehat bidang politik Xu Hangtian. 

Bamsoet menuturkan, saat ini banyak pekerja asal Cina bekerja diberbagai bidang. Mulai dari buruh, pekerja infrastruktur hingga pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik lain-lainnya. Padahal, masih banyak masyarakat Indonesia yang membutuhkan pekerjaan.

“Proyek-proyek RRT di Indonesia harus bisa banyak menyerap tenaga kerja Indonesia. Boleh saja, mendatangkan pekerja dari RRT, tetapi dengan klasifikasi khusus yang kemampuannya tidak dimiliki pekerja Indonesia,” tegas Bamsoet seperti dalam siaran persnya.

Politikus Partai Golkar ini berharap hubungan kerja sama antara Indonesia dan Cina terus meningkat di berbagai sektor. Kualitas hubungan yang seimbang dan saling menghormati antara kedua negara harus terus dikembangkan.

“Indonesia dan RRT merupakan dua negara besar di dunia. Hubungan yang ada tidak sebatas membahas hubungan bilateral saja, tetapi juga isu kawasan dan dunia. Saya senang hubungan bilateral antara Indonesia dan RRT terusmembaik dari tahun ke tahun,” ujar Bamsoet.

Bamsoet menuturkan, di bidang ekonomi hubungan Indonesia-Cina terus mengalami peningkatan. Nilai perdagangan antara Indonesia dan Cina pada tahun 2017 mencapai 63,358 miliar dolar Amerika Serikat. Jumlah tersebut meningkat 17 persen dibanding tahun 2016, yaitu 47,59 miliar dolar AS.

“Peningkatan nilai perdagangan ini membuktikan kedua negara memiliki hubungan yang berkelanjutan dalam kerjasama ekonomi. Perdagangan yang saling menguntungkan dan seimbang harus lebih kita tingkatkan lagi,” kata Bamsoet.

Di bidang Investasi Cina masuk dalam tiga besar negara yang memiliki invetasi tinggi di Indonesia. Nilai investasi Cina di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 3,4 miliar dolar AS dalam 1.977 proyek. Investasi  tersebut naik dari tahun sebelumnya, sebesar 2,66 miliar dolar AS.

Investasi Cina telah merambah keberbagai sektor. Antara lain, pertambangan, transportasi, konstruksi, real estate, perkebunan, pembangkit listrik dan pembangunan smelter nikel. Diharapkan ke depan untuk peningkatan investasi bisa dilakukan dengan mensinergikan konsep pembangunan, seperti pembangunan poros maritim nasional.

Bamsoet menambahkan, di bidang pariwisata jumlah turis dari Cina juga menempati peringkat pertama dengan jumlah lebih dari dua juta orang pada tahun 2017. Jumlah tersebut naik dari tahun 2016, sebanyak 1.304.760 orang.

“Kita senang angka wisatawan RRT yang berkunjung ke Indonesia lebih dari dua juta orang pada tahun lalu. Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang indah dan eksotis. Kami harap pihak kedutaan besar RRT bisa terus mempromosikan Indonesia agar makin banyak wisatawan dari RRT yang berkunjung ke negara kami,” ungkap Bamsoet.