Tol Laut Dianggap Belum Mampu Turunkan Harga Komoditas

Rabu , 08 Jun 2016, 11:44 WIB
Anggota Komisi VI DPR RI Bambang Haryo Soekartono.
Foto: DPR
Anggota Komisi VI DPR RI Bambang Haryo Soekartono.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Program tol laut yang dicanangkan pemerintah dinilai mubazir. Sebab, program ini dinilai tidak berdampak signifikan terhadap penurunan harga barang. Program pemerintah itu justru menafikan peran swasta yang selama ini sudah melayani pelayaran hingga ke pelosok daerah.

Anggota Komisi VI DPR RI Bambang Haryo Soekartono mengatakan, pemerintah seharusnya memelihara transportasi laut yang sudah berjalan dengan baik, didukung lebih dari 14.000 kapal swasta dan sebagian kecil kapal pemerintah. “Selama ini, yang membuat distribusi logistik antarpulau menjadi lebih murah bukan karena tol laut, tetapi peran swasta yang besar. Mereka tersebar, sudah melayani secara reguler dan jumlahnya ribuan,” ungkapnya, Rabu (8/6).

Buktinya, tutur Bambang, sebelum ada program tol laut, harga barang antara pusat (Jawa) dan daerah relatif sama. Bahkan di beberapa daerah lebih murah. Bambang mencontohkan, per 5 Juni 2016, harga daging di Jakarta mencapai Rp 120 ribu per kg. Sementara di Manado Rp 95 ribu dan Manokwari Rp 100 ribu per kg. Demikian juga harga minyak goreng di Ibu Kota masih berkisar Rp 12.700 per kg. Tetapi di Manado Rp 11.100 dan di Jayapura Rp 12.000 per kg.

Anggota F-Gerindra DPR ini, mengungkapkan, tol laut tidak akan mampu menekan harga karena armada, jalur, dan jadwalnya sedikit. “Kalau jadwalnya berminggu-minggu sama saja bohong. Kalau cuma satu atau dua kapal, tidak ada pengaruh pada harga barang,” katanya.

Menurutnya, pemerintah terlalu membesar-besarkan manfaat tol laut. Padahal, kata dia, program itu mubazir dan hanya menghambur-hamburkan anggaran negara yang terbatas.

“Harusnya berikan saja subsidi ke swasta agar mereka jalannya lebih tepat waktu dan regular. Tidak usah bangun kapal baru dengan investasi sangat besar. Daripada begitu, anggarannya untuk keruk alur pelayaran yang sudah dangkal saja,” harapnya.

Menurut politisi dari dapil Jatim I ini, karena sudah ada laut sebagai prasarana transportasi, pemerintah tidak perlu bangun infrastruktur jalan raya dan mengeluarkan biaya rutin untuk pemeliharaan tiap tahun yang mencapai lebih dari Rp 100 triliun. Ini otomatis membuat harga logistik jadi lebih murah. Contohnya, tarif pelayaran menggunakan kontainer dari Jakarta ke Jayapura dengan jarak lebih kurang 5.500 km sekitar Rp 15 juta atau hanya Rp 2.700 per km.

Sebagai perbandingan, ungkap Bambang lagi, ongkos angkut dengan truk dari Jakarta ke Cikarang dengan jarak kurang dari 100 km mencapai Rp 2 juta atau Rp 20.000 per km. Harga barang dan sembako di daerah pesisir kawasan timur Indonesia yang bisa diakses kapal laut relatif sama dengan daerah lain di kawasan barat, bahkan beberapa jenis barang lebih murah.

“Yang menyebabkan harga menjadi mahal karena barang itu diangkut lagi melalui darat atau udara ke daerah pedalaman. Infrastruktur jalan buruk dan tarif pesawat mahal membuat harga naik ratusan kali, sehingga rakyat di pedalaman tidak bisa menikmati hasil pembangunan,” katanya.