Selasa 23 Nov 2010 03:43 WIB
Awan Panas Masih Terjadi

Warga Merapi Diminta tak Perlu Khawatir

Rep: Indah Wulandari/ Red: Endro Yuwanto
Awan Panas Merapi
Awan Panas Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Meski awan panas guguran masih terjadi di sekitar Merapi, masyarakat diimbau tak perlu khawatir. Pasalnya, hal tersebut merupakan proses yang acapkali terjadi pada pembentukan kubah lava baru.

Kepala Balai Pengawas dan Penelitian Kegunungapian (BPPTK) Bandriyo menjelaskan, awan panas guguran terjadi sejak dua hari ini (21-22/11).

"Setelah beberapa hari menurun, pada hari Minggu, 17.20 WIB tampak terjadi banjir lahar disertai awan panas guguran sampai 19.25 WIB terus menerus," ujarr Bandriyo, Senin (22/11). Kondisi tersebut terjadi karena cuaca mendung dan hujan. Namun,BPPTK tak bisa memperkirakan sejauh mana dampak awan panas terjadi.

Bandriyo hanya memastikan, Kali Senowo dan Kali Krasak yang berada di barat serta barat daya Gunung Merapi mengalami banjir. Sementara, Kali Boyong hanya mengalami banjir kecil.

Pada tanggal 22 November, sekitar pukul 00.15-00.18 WIB, terjadi sebanyak dua kali lontaran awan panas. Arah awan panas, sebut Bandriyo, tak bisa diamati karena tertutup kabut. Hanya terasa hujan tipis di Kecamatan Pakem dan Ketep.

"Bukan hal luar biasa bagi Merapi yang berproses erupsi. Sehingga kami tetapkan status awas karena awan panas tak melebihi yang direkomendasikan," jelas Bandriyo.

Bandriyo pun memperkirakan guguran awan panas akibat pengaruh gravitasi ini akan berlangsung cukup lama. Awan panas ini pun tak membawa material baru sehingga tak menambah sekitar 130 juta m3 material vulkanik yang dimuntahlan pada 5 November lalu. Sedangkan kandungan SO2 (sulfur) dicermati cenderung menurun. Saat ini terdapat sekitar 1,8 juta ton SO2 per hari yang berada di udara.

Lalu, dari sisi gempa vulkanik hingga jam 12.00 WIB, hari ini, baru terjadi dua kali. Sedangkan gempa yang sangat dangkal tercatat 25 kali karena terpengaruh pertumbuhan kubah. Jika pertumbuhan kubah tak sempurna, maka akan gugur menjadi awan panas guguran. "Secara visual belum bisa melihat pertumbuhan kubah di mana, karena tertutup solfatar," pungkas Bandriyo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement