Senin 19 Apr 2010 04:14 WIB

Korban Tragedi Mbah Priok Kurang Diperhatikan

Rep: C14/ Red: taufik rachman

JAKARTA – Sejak pascabentrok Rabu (14/4) lalu, kondisi warga yang menjadi korban nyaris luput dari pemberitaan media. Hampir semua media memberitakan tentang korban Satpol PP, ataupun ucapan belasungkawa Gubernur dan Presiden. Kondisi itu, tentu menyebabkan spekulasi, jika warga Tanjung Priok adalah warga yang kejam dan sadis yang tidak perlu diberitakan.

Hal itu dikemukakan R Hamdani saat jumpa pers bersama beberapa warga yang menjadi korban bentrokan sengketa tanah Makam Mbah Priok tersebut. Menurutnya, gencarnya pemberitaan media adalah pemberitaan sebelah saja. “Korban masyarakat dan anak-anak warga Tanjung Priok adalah warga yang kejam dan sadis yang tidak perlu diberitakan, seakan-akan warga Tanjung Priok musuh pemerintah,” kata Hamdani, kepada wartawan, di Koja, Jakarta Utara, Ahad (18/4).

Padahal, lanjutnya, semestinya, warga yang menjadi korban Tanjung Priok itulah yang mendapatkan perhatian. Baik itu berupakan korban jiwa, korban luka-luka maupun korban harta benda.

Beberapa korban yang sedang bersama Hamdani mengungkapkan rasa kesalnya kepada pemerintah, terutama pihak Rumah Sakit Koja. Mereka mengaku, saat mereka dirawat di RS Koja, tiba-tiba meskipun belum pulih mereka dipaksa pulang. “Saya diusir. Padahal saya belum sembuh, bahkan, masih sangat sakit,” kata Soleh (25), warga Jalan Lagoa, no 9, RT 11/4, kelurahan Lagoa, Kecamatan Koja.

Soleh mengalami luka-luka di bagian kepala, pelipis mata hitam, dada dan pipi. Luka-luka, kata Soleh, disebabkan pukulan Satpol PP. Soleh mengaku, tidak ikut bentrok. Dia mengaku, hanya mengirim air ke warga yang ada di makam sekitar pukul 11.00 WIB. “Tiba-tiba sepulang dari makam, di dekat masjid saya diamuk sama satpol PP,” akunya.

Saat mengantarkan air itu, kata Soleh, dia tidak sendirian. Tetapi, sedang bersama 5 orang temannya, yakni Erwin (25), Amin (25), Dino (24), Gondrong (28) dan Supriyanto (59). Namun, dari 6 orang itu, Supriyanto merupakan korban yang lukanya paling parah. “Dia sekarang di RSCM. Kalau melihat kondisinya, ia bisa buta permanent. Tapi semoga tidak,” kata Muslim Arbi, anak Supriyanto, menyesalkan pemukulan Satpol PP pada warga yang tidak bersalah itu.

Menurut mereka, Supriyanto ditangkap Satpol PP, dipukul sekujur tubuhnya, termasuk matanya, sehingga kacamatanya pecah dan masuk ke dalam mata. Akibatnya, mata Supriyanto harus dioperasi.

Dalam pantauan Republika, Soleh, Erwin dan Amin yang juga ikut dalam jumpa pers tersebut betul-betul mengalami luka-luka. Sebagian besar luka mereka terdapat di bagian kepala dan punggung.

Muslim juga mengaku, tidak hanya mereka saja korban kekerasan Satpol PP itu. Selain mereka, ada juga Bayu Listiyanto (14) yang saat ini dalam keadaan kritis di RS Koja. Bayu, kata Muslim, mengalami luka di punggung akibat diseret Satpol PP. Selain itu, kepalanya juga luka-luka akibat dipukuli

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement