Rabu 01 Mar 2023 23:26 WIB

Sulit Khusyu Ketika Sholat? Ini 3 Kiat yang Diajarkan Syekh As Syadzili

Kekhusyuan dalam sholat adalah anugerah tak ternilai

Rep: Zahrotul Oktaviani / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi sholat khusyu. Kekhusyuan dalam sholat adalah anugerah tak ternilai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi sholat khusyu. Kekhusyuan dalam sholat adalah anugerah tak ternilai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sholat bagi seorang Muslim merupakan tiang agama. Dalam pelaksanaan shalat, khusyu menjadi ruh ibadah, yang apabila dilakukan tanpanya akan sia-sia. 

Saat awal Allah SWT mewajibkan sholat, cara sholat para sahabat masih beragam dan belum sepenuhnya khusyu. 

Baca Juga

Ada sahabat yang melihat ke arah langit, ada yang melihat orang lewat di depannya, bahkan ada yang menutup matanya. 

Kemudian, turunlah ayat sebagaimana terdapat di awal surat al-Mu’minun yang memerintahkan seorang Muslim agar khusyu dalam sholat. 

قَدۡ اَفۡلَحَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَۙ. الَّذِيۡنَ هُمۡ فِىۡ صَلَاتِهِمۡ خَاشِعُوۡنَ Artinya: Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyu dalam shalatnya.

Membersihkan pikiran-pikiran sebelum sholat menjadi salah satu cara agar lebih konsentrasi saat shalat. Setiap orang memiliki cara berbeda untuk menjaga pikirannya ini, termasuk salah satunya dengan membaca ta'awudz.

Seorang penyuluh agama Islam, Alhafiz Kurniawan, dalam artikelnya di laman resmi PBNU membagikan tips sholat yang khusyu dari Syekh Abul Hasan As Syadzili. 

Hal ini beliau bagikan kepada para muridnya untuk mengusir was-was menjelang shalat, yang mana dapat diamalkan sebelum melakukan takbiratul ihram. 

1. Meletakkan tangan kanan di dada

2. Membaca:

 سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْخَلَّاقِ الْفَعَّالِ سَبْعَ مَرَّاتٍ Subhānal malikil quddūsil khallaqil fa‘‘āl (7 kali)

 Artinya, “Mahasuci Penguasa, Zat yang suci, Sang Pencipta, Yang banyak berbuat.”

 3. Melanjutkan bacaan dengan:

  إنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ

In yasya’ yudzhibkum wa ya’ti bi khalqin jadīd. Wa mā dzālika ‘alallāhi bi ‘azīz

Artinya, “Jika Dia menghendaki, Dia akan melenyapkan kamu dan menggantinya dengan makhluk yang baru. Yang demikian itu tidak berat bagi Allah,” (Surat Fathir ayat 16-17). Keterangan ini dapat ditemukan pada Kitab Al-Fatawil Fiqhiyyatil Kubra, Kitab Hasyiyatul Bujairimi Alal Khatib, Kitab I‘anatut Thalibin, dan Kitab Nihayatuz Zain.

وكان الأستاذ أبو الحسن الشاذلي يعلم أصحابه لدفع الوسواس والخواطر الرديئة ويقول لهم من أحس بذلك فليضع يده اليمنى على صدره وليقل سبحان الملك القدوس الخلاق الفعال سبع مرات ثم يقل إن يشأ يذهبكم ويأت بخلق جديد وما ذلك على الله بعزيز يقول ذلك المصلي قبل الإحرام

Artinya, “Syekh Abul Hasan As-Syadzili mengajarkan para muridnya untuk mengusir was-was dan pikiran-pikiran buruk. Ia mengatakan kepada mereka, ‘Siapa saja yang merasakan demikian, hendaknya ia meletakkan tangan kanan pada dadanya dan berdoa, ‘Subhānal malikil quddūsil khallaqil fa‘‘āl’ (7 kali), lalu meneruskan bacaannya ‘In yasya’ yudzhibkum wa ya’ti bi khlaqin jadīd. Wa mā dzālika ‘alallāhi bi ‘azīz.’’ Doa ini dibaca oleh orang yang sholat sebelum takbiratul ihram.” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Bandung, Al-Maarif: tanpa tahun], halaman 57).

Pada Kitab Al-Fatawil Fiqhiyyatil Kubra, Ibnu Hajar Al-Haitami mengutip redaksi berbeda dari Syekh As-Syadzili yang mengatakan, “Siapa saja yang dihinggapi banyak was-was, hendaknya membaca:

  سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْخَلَّاقِ الْفَعَّالِ إنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ أَذْهَبَ اللهُ عَنَّا سَائِرَ المَضَارِّ وَالمَخَاوِفِ وَالفِتَنِ وَأَنَالَنَا كُلَّ خُلُقٍ حَسَنٍ وَجَعَلَنَا مِنْ أَهْلِ وِلَايَةِ أَهْلِ النِّعَمِ وَالمِنَنِ إِنَّهُ عَلَى مَا يَشَاءُ قَدِيْرٌ وَبِالإِجَابَةِ جَدِيْرٌ 

Subhānal malikil quddūsil khallaqil fa‘‘āl’, In yasya’ yudzhibkum  ay a’ti bi khlaqin jadīd. Wa mā dzālika ‘alallāhi bi ‘azīz. Adzhaballāhu ‘annā sā’iral madhārri wal makhāwifi wal fitani, wa anālanā kulla khuluqin hasanin, wa ja‘alanā min ahli wilāyati ahlin ni‘ami wal minani. Innahū ‘alā mā yasyā’u qadīrun. Wa bil ijābati jadīrun.’

 

Sumber: NUonline 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement